Demonstrasi penggunaan ether oleh William Thomas Green Morton untuk anestesi pada operasi eksisi masa di leher pada 16 Oktober 1846 di Massachuseett General Hospital dianggap sebagai awal berkembangnya anestesi. Meskipun 4 tahun sebelumnya WE. Clarke dari Rochester dan Crawford Long dari Georgia telah menggunakan ether untuk anestesi, tetapi keduannya tidak melakukan publikasi.
Penggunaan ether untuk anestesi menyebar ke Inggris, sehingga pada th 1847 terbit buku anestesi yang pertama judulnya on the inhalation of ether in surgical operation ditulis oleh Yohn Snow, disusul dengan bukunya yang kedua dengan judul on chlroform and other anaesthetics pada th 1858. John Snow adalah dokter Inggris pertama yang mendalami anestesi. Organisasi dokter SpAn didirikan dengan nama London Society of anaesthetists pada th 1858, kemudian diperluas menjadi The association of anaesthetist of Great Britain and Ireland pada th 1932.
Untuk mengukur kemampuan seseorang melakukan tindakan anestesi dilakukan dengan cara mengadakan ujian. Ujian diploma anestesi yang pertama dilakukan pada th 1935. Selanjutnya didirikan faculty of anaesthetist of the royal college of surgeon of England pada th 1947. Kemampuan teknik yang diikuti dengan pengakuan akademis dalam bidang anestesi tidak selalu diikuti dengan imbalan jasa finansial yang sesuai. Pengakuan resmi dr. SpAn sejajar dengan spesialis lain oleh National health services baru terjadi pada th 1948.
Dahulu di Amerika hanya sedikit dokter yang mendalami anestesi, umumnya para dokter lebih tertarik pada bidang lain, tindakan anestesi didelegasikan kepada petugas kamar bedah atau mahasiswa kedokteran. Karena itu Mayo Clinic dan Cleveland Clinic melatih perawat sebagai anestetis.
Organisasi dokter anestesi baru terbentuk pada th 1905 dengan nama Long Island Society of Anesthetist, selanjutnya berganti nama menjadi New York Society of anesthetist pada th 1911, pada th 1936 berganti nama lagi menjadi American Society of anesthetist, pada th 1945 berubah lagi menjadi American Society of anesthesiologists ( ASA ).
Thomas D. Buchanan dari New York Medical Collage menjadi profesor anestesi yang pertama pada th 1904. American board of anesthesiology dibentuk pada tahun 1937, dan bergabung dengan American Society of surgery, pada tahun 1938. Pengakuan terhadap American Board Anesthesiology sebagai badan yang berdiri sendiri sejajar dengan Spesialis lain didapat pada th. 1941. Sejak th 2000 American Board Anesthesiology memberlakukan sertifikasi bagi dokter Sp. Anestesi. Setiap sepuluh tahun sertifikat tersebut harus diperbaharui dengan syarat harus mengikuti program yang ditentukan.
Alat anestesi pada awalnya amat sederhana. Anestesi dilakukan dengan menutup hidung penderita memakai saputangan yang ditetesi Chloroform atau menutup hidung penderita dengan handuk yang dibasahi ether, sehingga tidak nyaman bagi penderita. Pada saat ini sudah ditemukan berbagai macam obat dan alat yang dapat membuat penderita lebih nyaman dan keselamatannya juga lebih terjaga karena dilengkapi dengan alat pengukur, alat pengaman dan alarm. Selain itu juga ditemukan berbagai macam alat monitor yang dapat dipakai untuk mendeteksi status fisik pasien secara berkala.
Perkembangan teknik anestesi tidak hanya terbatas pada inhalasi saja tetapi teknik lain juga ditemukan dan berkembang misalnya August Bier th. 1898 berhasil melakukan anestesi spinal untuk operasi pada manusia, tehnik ini dikembangkan oleh Theodore Tuffier dari Perancis. Ferdinand Chatelin dan Jean Sicard memperkenalkan anestesi caudal pada th 1901. dan pada th 1908 August Bier memperkenalkan regional blok intra vena (Bier Block ). Epidural anestesi diperkenalkan oleh Fidel Pages pada th 1921, teknik ini dikembangkan oleh Achillo F.Do Gliotti 1931, dengan memperkenalkan cara mendeteksi ruang epidural dari adanya loss of resistence akibat tekanan negatif ruang epidural. John S Lundy
(1926) memperkenalkan teknik balance anestesi. Brian Sword ( 1930 ) memperkenalkan pengggunaan pengikat C02. Dan De Castro dan Mundeller (1959 ) menguraikan teknik neurolept analgesi.
Pengetahuan anestesi terus menyebar keseluruh dunia diikuti dengan didirikannya pusat pendidikan anestesi, misalnya di Australia 1952, Irlandia 1959. Dr. SpAn juga membentuk organisasi dimasing-masing negaranya. Kongres organisasi dr SpAn antar negara yang pertama diikuti oleh perwakilan organisasi dari 28 negara diselenggarakan pada th 1955 di Scheveningen ( Belanda ). Pada kongres tersebut dibentuk WFSA (World Federation Society of Anesthesiology). WFSA adalah organisasi yang unik, dr SpAn anggota organisasi dr. SpAn yang diakui negaranya, secara otomatis menjadi anggota WFSA.
Di Indonesia pada awal kemerdekaan keadaannya amat memprihatinkan, baik sumber daya manusia, peralatan maupun obat-2an, pada waktu itu umumnya menggunakan sisa Belanda dan dikerjakan oleh perawat.
Baru pada tahun 1952 mulai dikirim dokter Indonesia untuk memperdalam ilmu anestesi. Dokter Moch. Kelan dari FKUI adalah dokter yang pertama kali dikirim untuk belajar anestesi, beliau dikirim ke Minneapolis USA.
Organisasi Dokter Spesialis Anestesiologi di Indonesia didirikan pada tanggal 7 Juni 1967 dengan nama Ikatan Ahli Anestesiologi Indonesia (IAAI), IAAI mempunyai Logo dan Hymne, logo diciptakan oleh Dr. Syarif Sudirman dan Hymne diciptakan oleh Dr. Syarif Sudirman dan Dr. St. Mulyata dengan aransemen Kelly Puspito. Logo dan Hymne tersebut disetujui pada Konas IAAI ke-1 di Jakarta tahun 1985. Dr. Syarif Sudirman dan Dr. St. Mulyata adalah resident Anestesiologi Semarang, Kelly Puspito adalah seorang seniman di Semarang. Nama IAAI kemudian di ubah menjadi Ikatan Dokter Spesialis Anestesiologi Indonesia (IDSAI) pada tahun 1991, tetapi bentuk logo tidak berubah hanya kata Ikatan Ahli Anestesiologi Indonesia di ubah menjadi Ikatan Dokter Spesialis Anestesiologi Indonesia.
Bagian Anesthesiologi FK Undip/RS.Dr.Kariadi dirintis oleh dokter Haditopo Tjokrohadikusumo, Beliau mula-2 adalah asisten ahli bedah FK. UGM Yogyakarta. Pada th. 1956 datang team dari WHO a.l. dr. Rosen Heim dan dokter Wulff yang menyarankan untuk mengembangkan ilmu anestesi dengan belajar ke negara maju. Selanjutnya tahun 1958 dr. Haditopo dikirim ke Kopenhagen untuk belajar anestesi dan mendapat gelar ahli anestesi pada
16 Februari 1961, setelah pulang ke Indonesia Beliau bertugas di Semarang sebagai Koordinator Anestesi dari Bag. Bedah RS.Dr.Kariadi.
Sejak th. 1970 Anestesi secara resmi diakui sebagai cabang ilmu kedokteran yang berdiri sendiri , maka secara resmi pada tanggal 1 April 1970 terbentuklah Bag. Anestesi yang berdiri sendiri bukan lagi sebagai sub. bagian dari ilmu bedah, dokter Haditopo menjabat sebagai Kepala Bagian yang pertama. Sebagai Kepala Bagian selanjutnya adalah Dr. Soenarjo ( 1985 – 1998 ), Dr. Marwoto ( 1998 – 2004 ), Dr. Hariyo Satoto ( 2005 – 2014),. Dr. Heru Dwi Jatmiko (2014 – 2018), dan dr. Satrio Adi Wicaksono (2019 – Sekarang). Bagian Anestesi FK. Undip / RS. Dr. Kariadi diperkuat dengan mengirimkan dokter-dokter untuk tugas belajar, hasilnya dr. R.Soehartojo mendapat gelar spesialis anestesi dari FK.UI tahun 1972, kemudian dr.Soenarjo mendapat gelar sebagai Anestesiologist & Intensivist dari Institut Voor Anesthesiologie, Faculteit Der Geneeskunde, Katholeieke universiteit, Nijmegen Nederland, 1974.
Meskipun FK. Undip baru berdiri pada tahun 1961, tetapi pendidikan dokter spesialis di Semarang telah dimulai dengan cara magang kepada dokter ahli yang dianggap senior, sehingga pada tahun 1963 telah dihasilkan ahli bedah, tahun 1967 ahli syaraf, tahun 1968 ahli penyakit dalam dan tahun 1969 ahli kebidanan, pada waktu itu, belum ada aturan / tatacara pendidikan dokter spesialis di Indonesia.
Sejak tahun 1970 pendidikan dokter spesialis lebih teratur baik dalam penerimaan maupun kurikulumnya. Kurikulum diatur oleh Kepala Bagian yang berhubungan langsung dengan Persatuan Dokter Ahli (Profesi).
Sampai tahun 1978 jumlah lulusan spesialis di Indonesia masih sangat sedikit sehingga tidak mencukupi kebutuhan , maka perlu diupayakan untuk mengatur pengadaan dan penyebarannya, untuk itu maka dibuat surat keputusan bersama Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri. Selanjutnya dikeluarkan peraturan Menteri Pendidikan & Kebudayaan no. 024/DJ/Kep/ 1979. Atas dasar peraturan tersebut pendidikan dokter spesialis yang sebelumnya ditangani oleh Organisasi Profesi menjadi tanggung jawab Departemen Pendidikan & Kebudayaan.
Secara resmi pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi di Semarang dimulai sejak tahun 1974, dengan demikian sebagai perintis pendidikan dokter spesialis anestesi di Semarang adalah dr. Haditopo, dr. R. Suhartojo dan dr. Soenarjo. Pada waktu itu pendidikan dokter Spesialis Anestesi masih diatur oleh Organisasi Profesi (Ikatan Ahli Anestesiologi Indonesia). Ketua Program Studi pernah di jabat oleh dr. Soenarjo (1978 – 1994, dan 1998 – 2004), dr. Marwoto (1995 – 1998), dr. Uripno Budiono (2005 – 2009), Dr. dr. M. Sofyan harahap (2009 – 2018), dan dr. Taufik Eko Nugroho (2019 – Sekarang).
Dengan keluarnya peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1979 tersebut diatas, maka pendidikan dokter Spesialis Anestesi dimasukkan dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis I FK. Undip, meskipun demikian materi dan kurikulumnya tidak mengalami perubahan.
Dasar hukum pendidikan Spesialis Anestesi di FK. Undip makin kuat dengan ditunjuknya Universitas Diponegoro sebagai penyelenggara pendidikan dokter Spesialis oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Selanjutnya dikukuhkan dengan Surat Keputusan Rektor No. 144/SK/PT.09/1980 tentang pembentukan sekolah dokter spesialis yang meliputi
11 program studi, dimana program pendidikan dokter spesialis anestesiologi termasuk didalamnya.
Pada waktu itu pendidikan dokter spesialis anestesi ditempuh selama 8 semester dengan bobot 144 sks. Mengingat kebutuhan dokter spesialis anestesi yang mendesak dan mengacu pada SK. Mendikbud No. 56/U/1994 pasal 7 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar, bahwa beban studi Spesialis I sekurang kurangnya 36 SKS dan sebanyak banyaknya 56 sks yang dijadwalkan antara 4 – 10 semester sesudah program sarjana. Maka dipandang beban studi PPDS.I. anestesiologi terlalu banyak , maka dalam Raker IDSAI 1 – 3 Agustus di Jakarta dibentuk panitia ad.Hoc revisi kurikulum. Hasilnya Katalog 1998, lama studi dikurangi menjadi 7 semester dengan beban studi antara 98-108 sks, karena untuk menjadi dokter spesialis anestesi, materinya tidak mungkin dikurangi menjadi 50 SKS.
Pada saat ini pendidikan spesialis anestesiologi FK. UNDIP mengacu pada katalog 2020 yang merupakan revisi dari katalog 2017 dengan lama studi menjadi 8 semester dengan beban 123 SKS, sesuai dengan keputusan KKI no 37 thn 2015 tentang STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF, dan keputusan KKI no.38, tahun 2015 tentang STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS
ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF. Dengan mengadaptasi dari Kurikulum KATI tahun 2020, Program pendidikan spesialis anestestesiologi FK UNDIP dilakukan selama 8 semester, maka bobot menjadi 120 SKS. Jumlah tenaga pengajar yang semula hanya 3 orang, mengalami penambahan dari masuknya alumni menjadi tenaga pengajar. Kwalitasnya juga mengalami peningkatan dengan training dan tugas belajar ke pusat pendidikan yang lebih maju baik didalam negri maupun di luar negeri.
Pada tgl. 1 Oktober 1979 dr. Haditopo di angkat menjadi Guru Besar Anestesiologi FK. UNDIP yang I, dimana beliau merupakan guru besar anestesiologi ke II di Indonesia. Selanjutnya dr. Soenarjo dikukuhkan pula menjadi guru besar anestesiologi FK. UNDIP yang ke II pada 25 Mei 2004.
Dr. Marwoto adalah lulusan spesialis anestesi yang I di FK. UNDIP, selanjutnya beliau mengabdi di bidang anestesiologi FK. UNDIPdan dikukuhkan menjadi guru besar anestesiologi FK. UNDIP yang ke III pada tanggal 3 Maret 2006.
Pada saat ini lulusan sp anestesi FK.UNDIP telah melebihi 150 orang tersebar diseluruh Indonesia. Salah satunya ( Dr. St. Mulyata ) menjadi guru besar anestesiologi FK. UNS yang yang I pada th 2005.
Bagian anestesiologi banyak mendukung kemajuan RS.Dr. Kariadi a.l dengan didirikannya ICU pada 8-12-1975, yang tak lepas dari dukungan anestesi dengan dr. Soenaryo SpAn sebagai kepala ICU yang pertama.
Dengan adanya dukungan anestesi juga memungkinkan dilakukan operasi transplantasi ginjal, kembar siam, tumor hypophyse, fossa posterior, epilepsi, moya-moya. transplantasi hepar, operasi jantung terbuka dan kasus-kasus sulit lainya.
Bagian Anestesiologi FK. UNDIP / RSUP. Dr. Kariadi juga melakukan pengabdian kepada masyarakat a.l. kursus-kursus bantuan hidup dasar pada masyarakat, pengiriman tenaga ke daerah bencana seperti tsunami di Aceh, gempa bumi di Yogyakarta, operasi bibir sumbing masal, cataract dll di daerah.